Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1
A. Efek Tyndall
B. Gerak Brown
C. Muatan Koloid
1. Adsorpsi
2. Elektroforesis
3. Koagulasi
D. Dialisis
E. Koloid Pelindung
F. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Sifat-sifat Koloid”
Makalah ini berisikan tentang informasi Sifat-sifat Koloid atau yang lebih khususnya membahas Sifat-sifat Koloid Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Sifat-sifat Koloid
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah in
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Bab
1
A.
Efek
Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan
berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena
ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall
(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut
efek tyndall.
Efek
Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan.
hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel
yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada
larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang
terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati, Contoh dalam kehidupan
sehari-hari :
a.
Sorot
lampu mobil dan motor pada malam yang berkabut.
b.
Terjadi
warna merah dan jingga di langit pada pagi hari atau sore hari dan warna biru
di langit pada siang hari.
c.
Sorot
lampu proyektor di gedung bioskop akan tampak tidak jelas saat ada asap. Hal
ini membuat gambar film menjadi kabur.
d.
Bekas
sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut.
e.
Cahaya
matahati yang masuk melalui ventilasi dan mengenai partikel-partikel debu di
dalam ruang berdebu.
B.
Gerak
Brown
Mengapa partikel koloid
tersebar merata dalam medium pendispersinya dan tidak memisahkan diri meskipun
didiamkan? Jika diamati menggunakan mikroskop ultra, maka partikel koloid akan
tampak sebagai titik cahaya kecil sesuai dengan sifatnya yang menghamburkan
cahaya. Jika pergerakan partikel ini diikuti, maka partikel bergerak terus-menerus
dengan gerakan zig-zag. Gerakan acak dari partikel koloid disebut gerak Brown,
sesuai dengan nama penemunya yaitu seorang ahli botani Inggris, Robert Brown
(1773-1858). Dengan gerakan ini, partikel koloid dapat mengatasi pengaruh gaya
gravitasi sehingga tidak akan memisahkan diri dari medium pendispersinya
meskipun didiamkan.
Gambar
10.3 a. Gerakan acak (Brown) suatu partikel koloid. b.Partikel koloid bergerak
acak karena resultan tumbukan medium pendispersi.
Bagaimana
gerak Brown bisa terjadi? Robert Brown tidak dapat menjelaskan mengapa partikel
koloid dapat bergerak acak dan berliku. Akhirnya, pada 1905, gerakan seperti
itu dijelaskan secara matematika oleh Albert Einstein. Pada dasarnya,
partikel-partikel semua zat selalu bergerak. Gerakan ini bisa berupa gerakan
acak untuk partikel-partikel zat cair dan gas, sedangkan partikel-partikel zat
padat hanya bervibrasi di tempat. Untuk sistem koloid dengan medium pendispersi
zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikelnya akan mengakibatkan tumbukan
antara partikel-partikel itu dengan partikel-partikel medium pendispersi.
Tumbukan tersebut terjadi dari segala arah. Dengan ukuran partikel yang
cenderung kecil, tumbukan-tumbukan itu menghasilkan resultan tumbukan yang
tidak seimbang. Hal itu menyebabkan perubahan arah partikel koloid sehingga
gerakannya acak.
C.
Muatan Koloid
1.
Adsorpsi
Gambar 10.4 Proses
adsorpsi.
Adsorpsi merupakan proses
penyerapan permukaan. Hal ini dapat terjadi karena partikel koloid mempunyai
permukaan yang luas, sehingga partikel-partikel yang teradsorpsi terkonsentrasi
pada permukaan partikel koloid. Partikel koloid (terutama koloid sol), baik
partikel netral maupun partikel bermuatan, mempunyai daya adsorpsi yang baik
terhadap partikel-partikel pendispersi pada permukaannya. Sifat adsorpsi koloid
ini banyak digunakan dalam berbagai proses, yaitu
a.
Proses
penjernihan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas (Al2(SO4)3)
pada air. Di dalam air, Al2(SO4)3 akan
terhidrolisis menjadi Al(OH)3 yang merupakan koloid. Koloid ini
dapat mengadsorpsi zat pencemar dalam air serta dapat menggumpalkan lumpur.
b.
Pada
proses pemurnian gula pasir. Gula yang masih kotor dilarutkan dalam air panas
kemudian dialirkan melewati sistem koloid yaitu tanah diatom. Akibatnya,
kotoran yang terdapat pada gula akan teradsorpsi sehingga didapatkan gula yang
putih bersih.
c.
Pada
deodoran dan anti perspiran (zat anti keringat). Anti perspiran mengandung
senyawa aluminium seperti aluminium klorohidrat (Al2(OH)5Cl.2H2O)
yang dapat memperkecil pori keringat. Sedangkan, deodoran mengandung seng
peroksida, parfum, dan zat anti septik yang dapat menghentikan aktivitas
bakteri sehingga dapat menghilangkan bau tidak sedap.
2. Elektroforesis
Koloid ada yang netral dan ada yang
bermuatan listrik. Bagaimana mengetahui suatu koloid bermuatan listrik atau
tidak? Dan mengapa koloid bermuatan listrik?
Jika
partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, berarti partikel
koloid tersebut bermuatan listrik. Jika sepasang elektrode dimasukkan ke dalam
sistem koloid, partikel koloid yang bermuaran positif akan menuju elektrode
negatif (katode) dan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menuju elektrode
positif (anode). Pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke
masing-masing elektrode disebut elektroforesis
. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa elektroforesis dapat
digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid. Metode ini pertama-tama
dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877 - 1948) dari Amerika Serikat. Metode
ini dikenal dengan metode Cottrell
. Cerobong asap pabrik dilengkapi dengan suatu pengendap listrik (pengendap
Cottrell), berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik yang akan
menggumpalkan partikel-partikel koloid dalam asap buangan. Contoh dalam
kehidupan sehari-hari :
a.
Digunakan untuk mengidentifikasi para korban/pelaku peristiwa ledakan bom.
b.Identifikasi
DNA
c.
Mendeteksi kelainan genetic.
d.
Mengetahui variasi genetik yang ada di alam.
e.
Mempelajari evolusi tinggkat moleculer.
3.
Koagulasi
Koagulasi adalah proses penggumpalan
partikel-partikel koloid. Proses koagulasi ini terjadi akibat tidak stabilnya
sistem koloid. Sistem koloid stabil bila koloid tersebut bermuatan positif atau
bermuatan negatif. Jika muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara
menetralkan muatannya, maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu
terkoagulasi (menggumpal). Koagulasi dengan cara menetralkan muatan koloid
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
1) Penambahan Zat
Elektrolit
Jika pada suatu koloid bermuatan
ditambahkan zat elektrolit, maka koloid tersebut akan terkoagulasi. Contohnya,
lateks (koloid karet) bila ditambah asam asetat, maka lateks akan menggumpal.
Dalam koagulasi ini ada zat elektrolit yang lebih efisien untuk mengoagulasikan
koloid bermuatan, yaitu sebagai berikut.
a.
Koloid bermuatan positif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang muatan
ion negatifnya lebih besar. Contoh;
koloid Fe(OH) 3 adalah koloid bermuatan positif, lebih mudah
digumpalkan oleh H 2 SO 4 daripada HC1.
b.
Koloid bermuatan negatif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang muatan
ion positifnya lebih besar. Contoh; koloid As 2 S 3
adalah koloid bermuatan negatif, lebih mudah digumpalkan oleh BaCl 2
daripada NaCl
2) Mencampurkan Koloid yang
Berbeda Muatan
Bila dua koloid yang berbeda muatan
dicampurkan, maka kedua koloid tersebut akan terkoagulasi. Hal itu disebabkan
kedua koloid saling menetralkan sehingga terjadi gumpalan. Contoh, campuran
koloid Fe(OH) 3 dengan koloid As 2 S 3 .
Selain
koagulasi yang disebabkan adanya pelucutan muatan koloid, seperti di atas, ada
lagi proses koagulasi dengan cara mekanik, yaitu melakukan pemanasan dan
pengadukan terhadap suatu koloid. Contohnya, pembuatan lem kanji, sol kanji
dipanaskan sampai membentuk gumpalan yang disebut 1em kanji.
Di
bawah ini beberapa contoh koagulasi dalam industri:
a)
Pembentukan delta di muara sungai.
Hal
ini terjadi karena koloid tanah liat akan terkoagulasi ketika bercampur dengan
elektrolit dalam air laut.
b)
Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam asetat ke dalam
lateks.
c)
Sol tanah liat (berbentuk lumpur) dalam air, yang membuat air menjadi keruh,
akan menggumpal jika ditambahkan tawas. Ion Al 3+ akan menggumpalkan
koloid tanah liat yang bermuatan negatif.
D.
Dialisis
Untuk
menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid pada proses pembuatan
koloid, dilakukan penyaringan ion-ion tersebut dengan menggunakan membran semipermeabel . Proses penghilangan
ion-ion pengganggu dengan cara menyaring menggunakan membran/selaput
semipermeabel disebut dialisis
. Proses dialisis tersebut adalah sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam
sebuah kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat
melewatkan molekul-molekul air dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak
dapat lewat. Jika kantong berisi koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah
tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion pengganggu akan menembus selaput
bersama-sama dengan air. Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses pencucian
darah orang yang ginjalnya (alat dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi
lagi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari :
a.
Prinsip ini diterapkan dalam proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal.
b.
Proses pemisahan hasil-hasil metabolism dari darah oleh ginjal.
E.
Koloid
Pelindung
Untuk
sistem koloid yang kurang stabil, perlu kita tambahkan suatu koloid yang dapat
melindungi koloid tersebut agar tidak terkoagulasi. Koloid pelindung ini akan
membungkus atau membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang dilindungi.
Koloid pelindung ini sering digunakan pada sistem koloid tinta, cat, es krim,
dan sebagainya; agar partikel-partikel koloidnya tidak menggumpal. Koloid
pelindung yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi disebut emulgator (zat pengemulsi).
Contohnya, susu yang merupakan emulsi lemak dalam air, emulgatornya adalah
kasein (suatu protein yang dikandung air susu). Sabun dan detergen juga
termasuk koloid peLindung dari emulsi antara minyak dengan air. Contoh dalam
kehidupan sehari-hari :
a. Cat
dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung, yaitu
minyak silikon
b.
Lesitin, koloid pelindung yang menstabilkan butiran-buritan halus air dalam
margarin.
c.
Gelatin, merupakan koloid pelindung untuk mencegah terbentuknya Kristal es
dalam es krim.
F.
Koloid
Liofil dan Koloid Liofob
Adanya sifat absorpsi dan zat
terdispersi (dengan fase padat) terhadap mediumnya (dengan fase cair), maka
kita mengenal dua jenis sol, yaitu sol liofil dan sal liofob. Sol liofil ialah sol yang zat
terdispersinya akan menarik dan mengabsorpsi molekul mediumnya. Sol liofob ialah sol yang zat
terdispersinya tidak menarik dan tidak mengabsorpsi molekul mediumnya.
Bila
sol tersebut menggunakan air sebagai medium, maka kedua jenis koloid tersebut
adalah sol hidrofil dan sot hidrofob. Contoh koloid hidrofil adalah kanji,
protein, sabun, agar-agar, detergen, dan gelatin. Contoh koloid hidrofob adalah
sol-sol sulfida, sol-sol logam, sol belerang, dan sol Fe(OH) 3 .
Sol
liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulasi jika ditambah
sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil lebih stabil jika
dibandingkan dengan koloid liofob. Untuk menggumpalkan koloid liofil diperlukan
elektrolit dalam jumlah banyak, sebab selubung molekul-molekul cairan yang
berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk memisahkan
mediumnya, pada koloid liofil, dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau
penguraian. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan terbentuk
koloid liofil lagi. Dengan kata lain, koloid liofil bersifat reversibel . Koloid liofob mempunyai
sifat yang berlawanan dengan koloid liofil. Contoh dalam kehidupan sehari-hari
:
a.
Koloid
Liofil/hidrofil : protein, sabun, detergen,
agar-agar, kanji, dan gelatin.
b. Koloid
Liofob/hidrofob : susu, mayonnaise, sol belerang, sol Fe(OH)₃, sol-sol sulfide, dan
sol-sol logam.
Harrah's Atlantic City - Mapyro
BalasHapusHarrah's Resort Atlantic City. 777 Harrahs 부산광역 출장안마 Blvd, Atlantic City, NJ 08401. Directions · (609) 317-1000. Call Now · More Info. Hours, Accepts Credit Cards, Rating: 3.8 · 20,000 reviews · Price range: $ (Based on Average Nightly Rates for a Standard 남양주 출장마사지 Room from our Partners)Which 평택 출장마사지 popular attractions are close to 성남 출장샵 Harrah's Resort Atlantic City?What are some of the property amenities 군포 출장샵 at Harrah's Resort Atlantic City?